Kepala BP Batam, Muhammad Rudi. (Ist) |
BATAM | ESNews - Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Muhammad Rudi, optimistis mampu mewujudkan cita-cita Batam untuk menjadi kota transhipment atau pusat bongkar muat alih kapal. Untuk mewujudkan itu, salah satunya dengan pembangunan pelabuhan.
"Kita harus sepakat, apa yang menjadi cita-cita pendahulu kita yang belum terwujud mulai kita wujudkan," ujar Muhammad Rudi.
Muhammad Rudi memahami potensi Selat Malaka dan Singapura yang banyak dilalui kapal. Untuk memaksimalkan potensi itu Batam harus bersaing dengan Singapura dan Malaysia yang memliki kapasitas pelabuhan peti kemas lebih besar.
"Kita tidak bicara bagaimana menyaingi negara tetangga. Tapi kita mulai bangkit bagaimana yang kapasitas saat ini, bisa naik paling tidak satu juta TEUz," ujarnya.
Namun, Muhammad Rudi tidak menutup kemungkinan, peningkatan kapasitas pelabuhan akan terus dilakukan. Meski tak menyebutkan angka pasti, Muhammad Rudi mengakui, untuk membangun pelabuhan menjadi sempurna membutuhkan anggaran sangat besar.
"Bertahap, sekarang kita mulai memperbaiki mana yang belum sempurna. Pelabuhan ini (Batu Ampar) harus bertaraf internasional," ujarnya.
Bukan tanpa alasan Muhammad Rudi membangun pelabuhan tersebut. Ia mengungkapkan, pelabuhan tersebut salah satu andalan pendapatan BP Batam di sektor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
"Kondisi saat ini melihat dermaganya saja sudah pesimistis. Tapi kita bangkitkan lagi agar kelemahan ini bisa diperbaiki," katanya.
Ia berharap, dengan pembangunan Pelabuhan Batu Ampar yang terus dikontrol, bisa terwujud dalam waktu 2-3 tahun ke depan agar dapat bermanfaat dan memberikan dampak positif bagi masyarakat Kota Batam secara keseluruhan.
"Potensi di perairan Batam sangat besar dan belum digali secara maksimal. Semoga kita punya semangat sama membangun Kota Batam," kata Muhammad Rudi. (r/Esn)
"Kita harus sepakat, apa yang menjadi cita-cita pendahulu kita yang belum terwujud mulai kita wujudkan," ujar Muhammad Rudi.
Muhammad Rudi memahami potensi Selat Malaka dan Singapura yang banyak dilalui kapal. Untuk memaksimalkan potensi itu Batam harus bersaing dengan Singapura dan Malaysia yang memliki kapasitas pelabuhan peti kemas lebih besar.
"Kita tidak bicara bagaimana menyaingi negara tetangga. Tapi kita mulai bangkit bagaimana yang kapasitas saat ini, bisa naik paling tidak satu juta TEUz," ujarnya.
Namun, Muhammad Rudi tidak menutup kemungkinan, peningkatan kapasitas pelabuhan akan terus dilakukan. Meski tak menyebutkan angka pasti, Muhammad Rudi mengakui, untuk membangun pelabuhan menjadi sempurna membutuhkan anggaran sangat besar.
"Bertahap, sekarang kita mulai memperbaiki mana yang belum sempurna. Pelabuhan ini (Batu Ampar) harus bertaraf internasional," ujarnya.
Bukan tanpa alasan Muhammad Rudi membangun pelabuhan tersebut. Ia mengungkapkan, pelabuhan tersebut salah satu andalan pendapatan BP Batam di sektor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
"Kondisi saat ini melihat dermaganya saja sudah pesimistis. Tapi kita bangkitkan lagi agar kelemahan ini bisa diperbaiki," katanya.
Ia berharap, dengan pembangunan Pelabuhan Batu Ampar yang terus dikontrol, bisa terwujud dalam waktu 2-3 tahun ke depan agar dapat bermanfaat dan memberikan dampak positif bagi masyarakat Kota Batam secara keseluruhan.
"Potensi di perairan Batam sangat besar dan belum digali secara maksimal. Semoga kita punya semangat sama membangun Kota Batam," kata Muhammad Rudi. (r/Esn)